Pada Sore Hari


Not sure if you know this

But when we first met
I got so nervous I couldn't speak In that very moment
I found the one and
My life had found its missing piece

So as long as I live I love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now til my very last breath This day I'll cherish

You look so beautiful in white tonight

Suatu sore,

Rianti menyeruput es kelapa jeruknya. Terasa segar di sore hari yang cukup terik ini. Seorang lelaki bercelana khaki tampak mendekat, Rianti melirik dari sudut matanya. Lalu mengangkat wajahnya dari gelas minuman di hadapannya.

Angga lalu menjauhkan wajahnya, “Kamu pakai dress putih kesukaan kamu lagi”.

Rianti langsung terbahak-bahak, sampai hampir menyemburkan minumannya. Setelah meredakan tersedaknya, Rianti hanya tersenyum.

“Kamu tahu gak, kenapa aku suka banget white dress ini?

Angga hanya menggelengkan kepalanya.

“Ini dress yang aku pakai pada saat pertama kali bertemu kamu lho. Ingat?”

Rangga masih bergeming.

Rianti merengut. “Kan kamu yang menumpahkan kopi ke rok aku ini”.

Angga langsung melirik noda coklat yang hampir memudar di bagian bawah gaun yang dikenakan Rianti.

Hanya tersenyum, Angga mengelus kepala Rianti. “Aku ingat sekarang, maafkan ya”.

Sore yang lain,

Kesedihan melanda Rianti kembali. Tapi demi melihat Angga yang berjalan ke arahnya, Rianti cepat-cepat menghapus air matanya yang mengalir pelan.

Lalu menerima setangkai bunga yang disodorkan Angga. Lily.

Rianti menghirup dalam-dalam Lily tersebut. Tidak terlalu harum, tapi aroma segar bunga yang baru dipetik menguar, memasuki indra penciumannya.

“Ri, kamu tahu apa arti bunga Lily?”

Rianti hanya mengernyit, berusaha menggali-gali ingatannya mengenai arti bunga. Tidak menemui hasil, Rianti hanya terdiam.

“Cinta suci, Ri”

Hening sejenak di antara mereka.

“Untuk menebus hari-hari kita yang penuh dengan pertengkaran dan pertengkaran lagi. Untuk semua perbuatan dan perkataan aku yang menyakiti kamu selalu. Untuk...”

Angga tercekat, tidak bisa meneruskan perkataannya. Lalu tergugu menutupi mukanya. Menutupi tangisnya dalam diam.

Rianti memeluk Angga.

“Itu sudah berlalu, cinta”

Tangan Rianti menggenggam tangan Angga. Jemari mereka bertautan. Di sudut jari manis Rianti ada yang berkilau. Sebuah cincin bermatakan berlian melingkar di sana.

Di suatu sore yang lain.

Angga menuruni tangga coffee shop perlahan lahan. Disampingnya Rianti mengikuti langkahnya. Bersenandung. White dress yang dikenakan Rianti menambah manis parasnya.

"Kamu tidak lelah?"

Rianti hanya menggeleng. Tersenyum.

Dan hanya seperti itulah jawaban Rianti keesokan harinya. Dan keesokan harinya lagi. Saat mereka sedang makan nasi goreng berdua. Saat menyebrangi jembatan busway. Saat menikmati sore di taman dekat rumah Rianti.

Hanya itu yang dilakukan Rianti, menggeleng dan tersenyum. Angga sendiri tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya cukup seperti ini, Rianti menggenggam tangannya dan terus berada di sebelahnya.

***

Diani memandang di kejauhan. Terik sore ini agak lumayan menyengat. Tapi ia masih melihat dengan menajamkan matanya kerumunan orang di kejauhan sana. Masa sih ia salah lihat? Tapi akhirnya ia memutuskan kalau dua orang yang dilihatnya barusan hanyalah representasi dari rasa rindunya.

"Diani..." suara ibunya memanggil. "Ayo, nanti kita kesorean untuk ziarah"

Sore itu Diani dan ibunya memang akan ziarah ke makan kakaknya. Kakaknya, Angga. Dan tunangannya, Rianti. Sahabat dekatnya selama ini. Yang setahun lalu kecelakaan berdua dengan akibat tabrak lari.

Diani meletakkan bunga Lily di trotoar taman. Lalu memakai scarf hitamnya menutupi kepala.


Catatan kaki : Of course inspirasinya adalah Beautifull in White :) 

Komentar

Postingan Populer